Antara Dee Lestari dan Iwan Fals, Dari Fiksi ke Non Fiksi

Literasi Indonesia patut bangga mempunyai Dee Lestari. Perempuan kelahiran Bandung ini telah memberi warna dengan beragam penghargaan. Buah dari fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan, Dee Lestari menganggap penghargaan sebagai pekengkap makanan utama.

Menulis Supernova pada tahun 2001. Karya sastra terbaik diraihnya pada tahun 2006, Filosofi Kopi. Kini, tahun 2021 merilis Novel Rapijali. Bagi Dee Lestari, setiap karya memiliki hari lahirnya sendiri. Dia bisa tumbuh menjadi bentuk atau sebaliknya. Nasib naskah yang tertidur lelap selama 27 tahun.

Perempuan alumnus Hubungan Internasional Unpar mengawali karir sebagai penyanyi. Bermodal kemampuan menyanyi dan menulis menjadi pembuka jalan untuk proses kreatif baru. Kerja perdana Dee Lestari dan Iwan Fals, menyanyikan lagu Kinari.

Kinari, sosok perempuan penjaga pohon dari fiksi teranyar, Rapijali. Tertulis nama Iwan Fals dalam naskah fiksi.

Vokal Toto tidak semerdu Yuda, tetapi cukup untuk mengantarkan lagu itu sebagaimana mestinya. Yuda sering bilang, vokal Toto seperti Iwan Fals kalau sedang radang tenggorokan.
Toto memikul wibawa dalam suaranya yang berat, dalam caranya menyanyi yang lebih mirip bicara, Toto bagaikan figur pendongeng bijak dengan suara serak yang menghipnotis.

(Novel Rapijali, halaman 179).

Di luar naskah fiksi. Iwan Fals itu lelaki pecinta pohon. Setiap konser diawali dengan penyerahan bibit pohon untuk ditanam di lahan Jonggol.

Dari fiksi ke non fiksi. Dee Lestari mendatangi Iwan Fals. Menawarkan bentuk baru dari novel menjadi lagu. Fals Record menjadi ruang eksekusi, Kinari.

Leuwinanggung, (15/10/2021)
Fotografer : Evelyn Pritt
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana