“Wahai Aku Yang Bukan Aku”

Jagat teatrikal-sastra tanah air menyeruak oleh penampilan kolaboratif. LaluKau, karya panggung Radhar Panca Dahana melibatkan lima penampil ternama. Radhar Panca Dahana, Deddy Mizwar, Niniek L Karim, Aning Katamsi, Iwan Fals menyuguhkan ekspresi dengan ketajaman mata hati.

Sulit rasanya untuk membendung air mata dari penglihatan inderawi ketika arusnya mengalir sampai ke mata hati. Kolaboratif dari hati menembus batas menggapai kedalaman. Dua hari pementasan di Gedung Kesenian Jakarta pada Selasa-Rabu, 18-19 Februari 2020 memberikan sensasi batiniah, merinding.

Radhar Panca Dahana, lelaki kelahiran Jakarta, 26 Maret 1965 kerap hadir mengisi ruang publik. Menjadi penulis sejak berusia 10 tahun. Harian Kompas memuat karyanya yang berjudul “Tamu Tak Diundang”. Pada usia 12 tahun sudah menjadi redaktur tamu di majalah Kawanku. Di kawasan Bulungan dia tumbuh dan bergabung dengan Bengkel Teater Rendra. Kuliah Sosiologi Universitas Indonesia sambil menekuni teater dan kerja jurnalistik. Tahun 1997, Radhar Panca Dahana ke Perancis melanjutkan kuliah dengan meriset postmodernisme di Indonesia. Sepulang dari Perancis Radhar Panca Dahana divonis gagal ginjal kronis. Dua buah ginjalnya dinyatakan sudah mati. Hingga hari ini rutin cuci darah.

Pertemuan penulis dengan Radhar Panca Dahana terjadi di Tasik Jawa Barat tahun 2012. Dalam diskusi kaum muda yang berbicara seputar otak dan watak elite politik. Mempertimbangkan unsur etika dan estetika dalam bertindak. Filsafat politik mengajarkan manusia bijaksana dalam tata kelola manusia dengan manusia. Radhar Panca Dahana berpesan untuk tetap menjaga akal sehat dan hati sehat. Sakit yang dideritanya tidak lantas mengalahkan dirinya untuk terus mengeluarkan energi positif. Inilah daya hidup.

Daya hidup menyebabkan kreatifitas lahir. Proses kreatif sebagai jalan hidup manusia. Terbuka dari segala aspek budaya sebab pencarian, penghayatan, dan pertanggungjawaban proses kreatif terletak dalam budaya. Proses ini menyangkut dunia yang kelihatan dan tidak kelihatan. Membangun kesadaran mencari harmoni, memberi kasih sayang, dan bersyukur. Terakses sumber kreatifitas tanpa batas dari kesadaran spiritual.

Satu jam setengah terlalu cepat berlalu. Menyaksikan pertunjukan dengan durasi lama tetapi terasa sebentar artinya menikmati. Sebaliknya menyaksikan pertunjukan dengan durasi sebentar tetapi terasa lama artinya membosankan. “Semua Binasa”, “Karena Dia”, “Kau Yang Kosong 1” adalah tiga lagu yang dinyanyikan Iwan Fals dari puisi karangan Radhar Panca Dahana. Menyampaikan visi misi pementasan dengan menghayati sepenuh hati dilakoni oleh lima penampil ternama.

“Wahai aku yang bukan aku” adalah petikan syair dari “Kau Yang Kosong 1” membuat merinding. Semakin terasa ketika dipadukan dengan vokalnya Aning Katamsi. Kekuatan di atas perbedaan. Terbentuk oleh titik harmoni pada karakter vokal yang berbeda. Filosofis dan bijaksana untuk hidup bernegara.
Leuwinanggung, (22/2/2020).

Fotografer : Evelyn Pritt
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto