Misteri Iwan Fals di Synchronize Fest

Sabtu pagi crew dan musisi berangkat menuju venue. Bertempat di Gambir Expo Kemayoran Jakarta. Tiba di lokasi cek line & sound. Manto dan Ayub menyiapkan segalanya. Dibantu Ubun, Firman, Bilal, Momo, Komeng, Sael. Tidak ada yang memakai seragam bertuliskan “Official Iwan Fals Management”. Rundown Synchronize Fest yang berlangsung 4,5,6 Oktober 2019 tidak tercantum nama Iwan Fals.

Sambil menanti mysterious guest yang dijadwalkan tiba malam hari, penulis berputar mencari tahu seluk beluk Synchronize Fest. Tahun ini menampilkan 6 panggung dan 129 nama pengisi acara dari beragam genre. Mushola berukuran 9x7 meter dibangun dua buah. Tersedia air wudlu. Laki-laki dan perempuan terpisah. Bisa menampung seratus orang. Setiap waktu shalat berbaris antrian di tempat wudlu. It’s not just a festival, it’s a movement.

Movement berupa tindakan konkret tim panitia untuk peduli lingkungan. Mengurangi penggunaan kemasan makanan dan minuman sekali pakai. Memakai tumbler yang diisi ulang selama bekerja. Panitia menyediakan water station. Hal ini menular dan diikuti pengunjung.

“Bring your own tumbler” adalah movement yang berlaku di Manajemen Tiga Rambu. Setiap orang yang terlibat di konser harus membawa tumbler. Ini dilakukan untuk mengurangi konsumsi kemasan plastik. Mendidik agar cerdas lingkungan. Kecil namun berarti. Untuk hari ini dan generasi nanti. Maka tak heran Official Iwan Fals Management identik dengan tumbler.

Cukup beralasan mendatangkan Iwan Fals karena semangat yang sama. Penonton bukan penonton yang biasa hadir di konser Iwan Fals. Kebanyakan muda mudi dari ekonomi menengah ke atas. Arena Dynamic Stage mendadak riuh saat mengetahui mysterious guest menyapa hangat dari panggung yang semula hening.

"Assalamu'alaikum, senang di tengah-tengah orang kreatif. Synchronize, sinkron, harmoni, pas," kata Iwan Fals. Gitar akustik dan harmonika mengiringi 3 lagu pembuka. Belum Ada Judul, Di Mata Air Tidak Ada Air Mata, Kupaksa Untuk Melangkah.

Penonton yang berusaha mengikuti tapi tidak hapal syairnya bertanya-tanya.
“Ini apa judulnya?”
“Belum Ada Judul,”
jawab temannya.
“Ini aku googling, beneran apa judulnya?”
“Belum Ada Judul, itu ketik aja!”
ucapnya sambil meyakinkan
“Om Iwan aneh, judulnya aja misterius”
“Dia datang bikin kita kaget, nggak usah kaget dengan lagunya,”
jawab temannya lagi
“Pantas aja namanya Iwan Fals, miterius gitu,” timpalnya sambil mengikuti syair lagu di handphone.

“Salam dari teman-teman di jalanan,” ucap Iwan Fals. Ardy, Yose, Sonata, Edi, Moko masuk mengiringi lagu Kupaksa Untuk Melangkah, Jendela Kelas Satu, Buku Ini Aku Pinjam, Kembang Pete, Pesawat Tempurku, Yang Terlupakan, Surat Buat Wakil Rakyat.

Pada saat layar LED menampilkan video kebakaran hutan. Iwan Fals & Band bereksperimen. Memainkan musik “anti mainstream” di empat lagu berturut-turut. Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi, Tikus Tikus Kantor, Serdadu, Cendrawasih. Penonton mengangkat tangan terkepal.

“Ini Bukan Mimpi” menjadi lagu pamungkas. Tulisan “Bhinneka Tunggal Cinta” menjadi latar panggung sebelum pamit. Penonton bereaksi. Belum puas dan masih meminta Iwan Fals terus bernyanyi.

“Bento, Bento, Bento,” teriakan bersama penonton. Durasi sudah habis. Alat musik tidak aktif. Di belakang panggung sudah ada yang menunggu giliran. Merespon permintaan penonton, Iwan Fals mengajak penonton bernyanyi bersama. “Kalian yang bernyanyi, kita iringi,” jawab Iwan Fals.

Kehadiran misteri menyisakan kesan misteri. Beragam komentar untuk penampilan Iwan Fals malam itu. Yang pasti sukses untuk kejutannya.

“Baru kali ini nonton Konser Iwan Fals tak ada yang lemparin uang koin pas lagu Pesawat Tempurku. Millenial tidak paham ritual ini,” kata Haji Dadang dari Jakarta.

Ada yang benar-benar terkejut, ada yang sudah menduga, ada yang masih tidak terima.
“Gokil, tau-tau ada Iwan Fals. Anda gila Synchronize,” kata Potreew Bandung.
“Ikuti sahutannya di twitter. Feeling, om Iwan ke sini” ucap Maya Jakarta.
“Baca rundown berkali-kali. Tapi gak ada Iwan Fals. Tapi ada orangnya. Misteri?” ucap Gilbert Bekasi.


Leuwinanggung, (7/10/2019).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto