Artis Lintas Generasi Gemakan “Indonesia Damai”

“Terlalu banyak air mata yang terjatuh dengan sia-sia sudah terlalu banyak tragedy yang membuat kita semua berduka,” kutipan lagu Indonesia Damai karya Rian D Masiv.

Indonesia sebuah negeri dengan masyarakatnya yang hidup damai dalam keberagaman. Apa yang bisa dikerjakan maka kerjakan sesuai tugasnya. Seperti artis mempunyai tugas selain menghibur juga menyuarakan suara perdamaian. 2019 tahun politik adalah fakta, persatuan Indonesia harus terjaga.

Titiek Puspa, Ebiet G Ade, Vina Panduwinata, Rafika Duri, dan Iwan Fals adalah deretan artis yang menghirup udara Indonesia jauh lebih dulu daripada Rian D Masiv, Giring, Regina Geisha, Sherly Sheinafia, Ubay Nidji, Rheno Poetiray, Dea Dalila, Zara Leola, Shakira, Maizura. Maka ketika generasi Titiek Puspa dan generasi Rian D Masiv memiliki cara pandang yang sama untuk bijak menyikapi persoalan, mengedepankan persatuan Indonesia adalah kesadaran kolektif yang patut dicontoh.

Artis lintas generasi gemakan “Indonesia Damai” difasilitasi Musica menyampaikan keterangannya kepada pers untuk diketahui masyarakat Indonesia. Udara politik yang terhirup ada di mana-mana, bisa udara bersih bisa udara kotor. Panasnya suhu politik membuka peluang terjadi proses demokrasi yang sedang dirancang bangsa Indonesia hadirnya sosok negarawan. Sosok negarawan menjadi panutan anak bangsa yang mampu menjadi angin segar membawa kualitas berpolitik yang cerdas.

Pemakaian istilah “cebong” dan “kampret” yang akrab terdengar menjadi konsumsi setiap hari padahal tidak pernah diajarkan di sekolah. Mengapa jadi terbiasa dengan saling caci maki? Mengapa lazim dengan meminjam nama binatang? Apakah ini yang dimaksud Filsuf Aristoteles,“Manusia pada dasarnya adalah binatang politik.” Demikian Betapa rendahnya kualitas berpolitik yang dipertontonkan. Dalam hal ini pandangan Filsuf Konfusius bisa jadi renungan, “Tanpa rasa saling menghormati apa bedanya manusia dengan binatang?”

Negarawan menghembuskan nafas cinta. Tidak terjebak di ruang caci maki tak berguna maka nafas cinta tidak mencium bau hinaan “cebong “ dan “kampret” karena Buya Hamka mengatakan, “Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri tetapi menghembuskan kegagahan.”

Negarawan adalah guru bangsa menghembuskan nafas cinta. Sosok negarawan yang mampu menjaga jati diri bangsa dari perpecahan. Sosok negarawan perekat saudara kandung se-ibu pertiwi. Dia menciptakan arus moralis. Menerbarkan kebencian dan menyebabkan kerusuhan di bulan suci sama dengan melawan arus moralis.

Media perekat kebangsaan disuarakan Iwan Fals dan kawan-kawan lewat “Indonesia Damai” yang mempertemukan generasi Titik Puspa dan generasi Rian D Masiv. Lewat musik diharapkan memperkuat spirit berbangsa dan bernegara.


Leuwinanggung, (25/5/2019)

Fotografer : Hafizh Weda
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto