Katakan Kita Rasakan

Setengah tahun lamanya Panggung Kita tidak diisi oleh ribuan orang yang hadir dengan berbagai dalil. Ada yang mengatakan lingkaran orang-orang yang datang dengan niat baik maka dikatakan konser adalah silaturahmi. Ada yang mengatakan tempat berobat maka konser adalah berobat walau ujungnya setelah berobat tidak sembuh dan mesti berobat kembali. Ada yang mengatakan ruang bernyanyi bersama maka konser adalah karaoke massal. Ada yang mengatakan sebagai tempat untuk mengisi agar tidak kosong maka konser adalah ngecas (istilah yang berlaku bagi pemakai HP). Dan ada yang mengatakan sebagai kelas besar untuk kumpulan energi positif memancarkan edukasi dalam kemasan panggung musik maka konser adalah edutainment. Apapun itu, Leuwinanggung menjadi kumpulan ribuan manusia yang datang berangsur sejak Jumat malam untuk menyaksikan KSB edisi ke-12 yaitu Konser Situs Budaya DKI Jakarta – Betawi, Sabtu (6 Oktober 2018). Penantian cukup panjang sejak Konser Situs Budaya Nusa Tenggara Barat – Kerajaan Lombok & Bima (Maret) dan Konser Situs Budaya Jawa tengah – Kerajaan Mataram Kuno (April).

Bicara budaya adalah bicara kebiasaan. Budaya kita yang menggampangkan sesuatu dan tidak disiplin masih terlihat. Sementara ada orang yang mau berusaha datang jauh-jauh hari untuk memesan tiket, ikuti aturan, dan budaya antri. Tiga Rambu sebagai penyelenggara memberikan kemudahan dengan pembelian tiket online untuk yang jaraknya jauh di luar kota atau luar pulau. Maka ketika tiba waktunya tidak mendapatkan tiket karena tiket habis terjual lantas menyalahkan penyelenggara dengan berbagai alasan adalah sebuah sikap tidak menerima konsekuensi. Luapan kekecewaan penonton yang tidak memiliki tiket dihadapi oleh Manajemen Tiga Rambu, Cikal. Dengan pendekatan dan ilmu komunikasi massa yang dimiliki Cikal, penonton bisa kerjasama sambil menikmati jepretan selfie bareng Cikal.

Antrian panjang sejak jam 11.00 yang memburu tiket hanya berlangsung satu jam. Karena tiket langsung habis. Fakta ini yang tidak disadari oleh penonton yang mencoba memaksa masuk tanpa tiket. Pertama, konser yang diselenggarakan di rumah Iwan Fals mengalami masa penantian panjang selama setengah tahun dan menemukan kerinduan. Kedua, Betawi menjadi tema yang diusung sudah pasti bakal menarik orang-orang untuk hadir mengingat banyak penikmat lagu Iwan Fals dari Betawi cukup banyak dan jarak Betawi ke Leuwinanggung terjangkau.

Mulai saat ini teliti kosa kata yang tendensius seperti anti asing, anti Cina, anti Arab. Belajar sejarah berarti belajar budaya. Perjanjian antara Surawisesa (Raja Kerajaan Pajajaran) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512, mengizinkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa maka perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis tidak bisa dihindarkan yang pada akhirnya menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas campuran inilah lahir musik Keroncong atau dikenal sebagai Keroncong Tugu.

Setelah VOC menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaga, VOC memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun perekonomian kota ini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru dunia, seperti Tiongkok, Arab, dan India untuk bekerja di kota ini.

Penduduk asli Jakarta telah ada sejak 3500-3000 tahun sebelum masehi. Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri pendatang dari seluruh Indonesia sehingga orang Betawi menjadi minoritas. Pada tahun 1961, orang Betawi bejumlah kurang lebih 22,9 persen dari 2,9 juta penduduk Jakarta pada saat itu. Berbagai nama tempat di Jakarta menyisakan petunjuk mengenai datangnya suku lain ke Batavia seperti Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar, dan Kampung Bugis. Hal ini menunjukan orang Betawi semakin terdesak ke pinggiran bahkan bergeser ke luar Jakarta. Ada yang ke Bogor, Tangerang, Bekasi, dan bahkan sampai ke Leuwinanggung.

Konser dimulai selepas Ashar dibuka MC Ary Kirana menampilkan Iwan Fals & Band dengan lagu pembuka Kicir-Kicir, Berkacalah Jakarta, Sore Tugu Pancoran, Mimpi Yang Terbeli, Krisis Pemuda, Kawanku Punya Teman, Tak Kenal Maka Tak Sayang, Bangunlah Putera/i Pertiwi. Nampak duduk di kursi penonton VIP Novel Baswedan dan Febri Diansyah (KPK).

Nyanyian Perang adalah lagu yang ditulis untuk tentara yang saat itu Iwan Fals diundang ke Mabes TNI Cilangkap (tahun 2014) dan dinyanyikan kembali untuk memperingati 5 Oktober HUT TNI. Dilanjutkan penampilan Iwan Fals & Band berkolaborasi dengan Endah N Rhesa membawakan Jali-Jali, Esek Esek Uduk Uduk, Seluas Harapan, Asmara Tak Secengeng Yang Aku Kira. Lalu Iwan Fals & Band berkolaborasi dengan Sanggar Sinar Pusaka membawakan Ondel-Ondel, Surat Untuk Wakil Rakyat, Hua Ha Ha.

Menjelang maghrib konser ditutup dengan Katakan Kita Rasakan. Sebuah lagu lawas yang ditulis Iwan Fals tahun 1989 di Rock Kemanusiaan. Rock Kemanusiaan adalah artis yang menyuarakan kemanusiaan pada saat Indonesia dilanda musibah bencana alam. Katakan Kita Rasakan adalah suara bersama dari Ahmad Albar, Anggun C Sasmi, Gito Rollies, Ian Antono, Ikang Fawzi, Nicky Astria, Reny Jayusman dan Iwan Fals kini lebih menghayati kepada langkah nyata.

“Penyanyi menyuarakan suara hatinya lewat lagu. Dan saya sekarang di sisa hidup ini apa lagi yang mau dicari. Kekuasaan politik nggak, makan cukup, apalagi kalau tidak berbuat untuk kemanusiaan. Saya Alhamdulillah dan bersyukur dikasih ini semua. Suara hati saya mengatakan setelah mencintai diri sendiri, mencintai alam semesta, dan mencintai sesama manusia lewat kerja kemanusiaan. Saya dirikan Yayasan Suara Hati Iwan Fals bersama Yos dan Cikal,” kata Iwan Fals sambil mengingat kembali proses lahirnya lagu Katakan Kita Rasakan.

Suara hati Iwan Fals adalah hasil kontemplasi dari perjalanan panjang. Konser Situs Budaya DKI – Betawi menyerap banyak pelajaran tentang sejarah, antropologi, seni, dan yang paling penting adalah konser ini penuh energi dari barisan depan sampai belakang. Jangan tanya kamu agamanya apa, suku apa, dukung partai apa, dukung capres mana? Semua saudaraku ketika berada di tengah persoalan kemanusiaan. Semua saudaraku ketika berada di tengah persoalan Bhinneka Tunggal Ika. "Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung" maka di tengah-tengah antara bumi dan langit adalah makhluk. Manusia adalah makhluk pilihan karena berakal sehingga dia menjadi khalifah di muka bumi. Inilah konspirasi hati yang menyebabkan persahabatan abadi aku, kamu, dia, mereka yang melebur menjadi kita. Katakan Kita Rasakan.


Leuwinanggung, (9 Oktober 2018).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto