Pendidikan Yang Menghibur & Hiburan Yang Mendidik

Jawa Tengah – Kerajaan Mataran Kuno menjadi tema Konser Situs Budaya yang ke-11. Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Kemudian Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai.

Candi Borobudur menjadi saksi kejayaan masa lalu dan menjadi simbol yang kuat bagi Indonesia. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut Buddha Mahayana sekitar abad ke-8 Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Pencapaian estetika dan keahlian teknik arsitektur yang ditampilkan Borobudur telah membangkitkan kebanggaan Indonesia.

Rumah adat Jawa Tengah disebut Rumah Joglo. Penyebutan rumah joglo terjadi akibat bentuk atap rumah joglo yang menyerupai dua gunung atau tajug loro (juglo) dan berkembang penyebutannya menjadi Joglo. Penggunaan gunung diyakini oleh masyarakat Jawa saat itu sebagai tempat suci atau rumah para dewa.

Tarian tradisional yang ditampilkan diantaranya tari bambangan cakil yang menceritakan peperangan para kesatria dan raksasa (kebaikan dan kebatilan), tari gambyong hasil perpaduan tari rakyat dan tari keraton yang melambangkan kelembutan perempuan, dan kesenian ebeg.

Gamelan adalah seperangkat alat musik yang dipukul atau ditabuh. Alat-alat musik gamelan didominasi material kayu dan gangsa, sejenis logam campuran timah dan tembaga. Gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru Era Saka yang saat itu untuk memanggil para dewa. Berkembang dipakai untuk wayang dan tari. Kemudian sebagai pertunjukan tersendiri lengkap dengan suara sinden.

Itu semua dihadirkan di Panggung Kita. Sebagai sebuah alternatif dalam hal memberikan tampilan untuk mengangkat budaya daerah. Atmosfir yang diciptakan adalah membangun Indonesia dengan hati. Sehingga menjadi media bersama untuk hiburan sekaligus belajar. Hadir di Konser Situs Budaya mendapatkan pendidikan yang menghibur dan hiburan yang mendidik.

Iwan Fals membuka dengan Lir Ilir, Condet, Nelayan, Aku Di Sini, 14-4-84, Kembang Pete, Buku Ini Aku Pinjam, Barang Antik. Gita Gutawa menjadi bintang tamu membawakan Cublak-Cublak Suweng, Mata Hati, Kemesraan, Ayo (lagu Gita Gutawa). Iwan Fals berkolaborasi dengan musisi tradisi dari anjungan Jawa Tengah – TMII membawakan lagu Langgam Lawu, Gambang Suling, Hijau, Orang Gila, Potret. Iwan Fals & Band diiringi sinden dan pemain gong membawakan Rubah dan Ayo Mulai.

Kebaikan dalam hati memancarkan energi. Menghayati perasaan menyimpan kekuatan menembus sinyal untuk Indonesia damai. Energi dihimpun sejak penampilan panggung tradisi dan band pembuka dari Oi Indramayu. Dan energi menemukan titik puncaknya saat MC Riyanni Djangkaru menutup acara. Delapan belas lagu dinyanyikan Iwan Fals. Tentu ada kekuatan yang terhimpun di dalamnya sehingga delapan belas lagu ini dinikmati bersama oleh semua yang hadir. Daya tahan hingga 11 provinsi dan kemudian menuju 34 provinsi adalah kekuatan kolektif dari semua pelaku yang terlibat termasuk penonton di dalamnya. Konsep dari miniatur Indonesia damai tampil wujudnya di sini. Menjadi oase bagi Indonesia bahkan dunia.


Leuwinanggung, (11/4/2018).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto