Kelas Besar Bernama Panggung Kita


Sabtu (16/12) menjadi konser terakhir tahun 2017 yang digelar di halaman belakang kediaman Iwan Fals. Mengusung tema Konser Situs Budaya Sulawesi Utara-Minahasa menjadi konser yang kesembilan setelah sebelumnya Kalimantan Timur, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Banten, Papua, Jawa Timur, Sumatera Utara.

“Konser Situs Budaya yang kami buat menampilkan kebhinnekaan budaya. Mendalami budaya daerah semakin cinta Indonesia dan budaya erat dengan Persatuan Indonesia,” kata Rosana Listanto.

Sebuah terobosan dalam memberikan edukasi kepada banyak orang tentang Indonesia yang kaya dengan ragam budaya daerah memberikan makna untuk semakin cinta kepada tanah dan air Indonesia. Dan ini dilakukan dengan membentuk kelas besar.

Kelas besar adalah cita-cita. Kelas besar adalah ruang yang memberikan transformasi. Orang-orang hadir, buka mata, buka telinga, dan menyiapkan hati untuk menerima apapun bentuk yang disajikan adalah sebuah bentuk respon positif. Ketika orang-orang menyiapkan diri, waktu, tenaga, uang kemudian dihadapkan pada situasi macet, berdesakan, dan di bawah guyuran hujan maka ini yang dinamakan kesadaran. Kesadaran adalah sumber daya hidup.

Kelas besar memberi ruang untuk komunikasi dan saling mengisi. Kelas besar adalah ruang pengetahuan. Seperti angin, dialog dapat diterima ke segala penjuru karena dia mudah dipahami. Kelas besar dengan pendekatan edutainment itu lebih dialogis. Panggung Kita tidak melulu bunyi tetapi ada ruang pengetahuan antara Iwan Fals dengan penonton yang menyebabkan arus sehingga Panggung Kita menjadi dialogis. Meminjam istilah Socrates, pengetahuan sejati hanya dapat diperoleh melalui dialog.

Seperti semboyan Sulawesi Utara “Si Tou Timou Tumou Tou” dari bahasa Minahasa yang artinya “Manusia hidup untuk menghidupi, mendidik, menjadi berkah orang lain” maka ini berhubungan dengan konser Iwan Fals & Band. Bicara menghidupi adalah dari konser bisa memberikan penghidupan dan manfaat ekonomi kepada masyarakat sekitar rumah Iwan Fals seperti sewa parkir, jualan jajanan, dan secara langsung terlibat di kerja panitia. Bicara mendidik adalah selain tadi dikemukakan tentang kelas besar Panggung Kita, memberi contoh soal menghargai waktu dan menghargai hak orang lain. Serta menjadi berkah orang lain artinya kehadirannya menjadi sumber kebaikan untuk di sendiri, sesama manusia, dan alam semesta.

Penonton hadir sejak siang hari dan menyambut gembira sejak MC Maudy Kusnaedi membuka acara. 21 lagu (sejak selepas ashar hingga menjelang maghrib tiba) menjadi 2 jam berarti di kelas terbuka. Iwan Fals membuka dengan membawakan Oh Minahasa. Kemudian berturut-turut membawakan Ambisi, Azan Subuh Masih Di Telinga, Gali Gongli, Semoga Saja Kau Benar, Engkau Tetap Sahabatku, Pulanglah, Ibu, dan Seperti Matahari. Bintang tamu Maudy Ayunda berkolaborasi dengan Iwan Fals & Band membawakan 4 lagu yaitu Oh Ina Ini Keke, Ijinkan Aku Menyayangimu, Satu-Satu, Kejar Mimpi. Musisi tradisi dari Sulawesi Utara yaitu Sanggar Bapontar ikut memberi warna berkolaborasi dengan Iwan Fals & Band membawakan Sipatokaan, Tanam Siram Tanam, Orang Pinggiran, Asik Gak Asik, Bangsat, dan ditutup dengan lagu Kebaya Merah.

“Ada 34 provinsi di Indonesia. Kita masih menyisakan 25 provinsi dan Insya Allah tahun depan konser situs budaya ini terus diadakan. Mohon doanya dan semoga kalian terjaga kesehatannya,” sapa Rosana Listanto kepada ribuan orang penonton di bawah guyuran air hujan.


Leuwinanggung, (19/12).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto