Lingkaran Orang-Orang Kuat

“Saya tersanjung berada di lingkaran orang-orang kuat,” ucap Iwan Fals di ICE BSD. Sopir truk bagi Iwan Fals adalah bukan orang yang mudah menyerah, meninggalkan anak dan istri menempuh ribuan kilo sebagai bentuk tanggung jawab seorang lelaki, dan dia bahagia menjadi sopir truk sebagai jalan hidup.

Malam itu seperti biasanya Iwan Fals memperkenalkan satu persatu musisi yang mengiringinya. Yose Kristian diperkenalkan sebagai “tukang gebuk” drum, beberapa hari yang lalu mendapat nama baru. Sebutan lama sering dipanggil “jomblo” kini berubah menjadi “pengantin baru” karena Yose Kristian baru menikah. Sebagai kado pernikahan untuk Yose Kristian maka penulis akan memperkenalkan kepada pembaca siapa Yose Kristian.

Yose Kristian, lahir di Jakarta 12 Mei 1987 yang kegilaannya terhadap drum karena terbius oleh permainan drummer Pas Band. Usia 7 tahun Yose Kristian berguru kepada drummer Pas Band. “Waktu kecil saya nonton Sandy Pas Band bermain drum dan saya bilang ke bapak ingin belajar drum. Bapak mencegat Sandy Pas Band di belakang panggung dan Sandy Pas Band dengan terbuka mau menerima saya jadi muridnya,” ungkap Yose Kristian di Cafe Rambu.

Berkat sentuhan guru drum handal Yose Kristian dibentuk menjadi drummer. Dibuktikan dengan predikat yang diraihnya. Tahun 2002 Yose Kristian menjadi 10 besar Drummer Nasional, Yamaha Drum Competition. Drummer Rock terbaik tingkat nasional berhasil disandangnya. Yose Kristian setelah dibekali ilmu juga dibekali hadiah double pedal oleh Sandy Pas Band. Dipandang berbakat dan ternyata Yose Kristian adalah murid pertama yang mendaftar saat Sandy Pas Band membuka kelas drum.

Yose Kristian melanjutkan belajar musik ke SMM (Sekolah Menengah Musik) Jogja. Proses pendewasaan bermusik dan pengaruh lingkungan seni di Jogja memberi banyak referensi. Ini semakin menuntut Yose Kristian lebih banyak mencari tahu musik selain rock. IKJ (Institut Kesenian Jakarta) menjadi tempat pencarian ilmu selanjutnya. Di Jakarta Yose Kristian mengikuti event skala besar seperti Java Jazz 2008, Java Jazz 2009, Java Rock’in land 2008, Java Rock’in land 2009. Tidak berhenti sampai di sini, Yose Kristian melakukan misi budaya ke beberapa negara Eropa seperti Itali, Switzerland, Austria, Jerman, Prancis, dan Amerika Serikat. Tak ketinggalan negara Asia pun pernah dikunjungi seperti Singapura dan Jepang. Yose Kristian bersama Iwan Fals & Band ke Nagoya Jepang pada saat Konser “Symphony for Humanity” tahun 2015.

Bergabung bersama Iwan Fals & Band sejak tahun 2014, terlibat pada Konser “Suara Untuk Negeri - NET Tv” di Medan, Bandung, Surabaya, Jakarta, dan Bali. “Saya pertama kali ke rumah Om Iwan saat pacaran. Terus pernah manggung juga. Mungkin saya diperhatiin. Kejadiannya waktu itu lagi nyuci baju di rumah ditelpon Om Iwan ngajak main bareng,” ujar Yose Kristian mengenang peristiwa saat itu.

Seperti pemandangan yang disaksikan malam itu di ICE BSD dalam acara Truck Campaign oleh PT Bumen Redja Abadi Cikupa/Latumenten. “Tukang gebuk” ini bersama musisi lainnya mengiringi Iwan Fals dengan gebrakan Suara Hati, Tikus-Tikus Kantor, Surat Buat Wakil Rakyat, Pesawat Tempurku. Tidak lengkap rasanya jika tidak diimbangi dengan kelembutan agar terjaga harmoni. Buku Ini Aku Pinjam, Nona, Yang Terlupakan. Tak berhenti sampai di sini, semakin malam semakin kuat energinya. Bento, Bongkar, Kuda Lumping, Air Mata Api semakin masuk dan memberi ghirah bagi kaum pekerja. Butuh tenaga dan butuh daya tahan untuk menjadi sopir truk maka butuh teman dalam perjalanan untuk penjaga niat dan penyemangat. Dan lagu Iwan Fals memberi kekuatan untuk teman niat teman semangat. Energinya luar biasa dan Iwan Fals tidak bisa menahan keringat dan memaksa untuk membuka jaket. Giliran Yose Kristian kembali disentil Iwan Fals.

Iwan Fals : “Yose, biasanya kamu buka baju”
Yose Kristian : “Nggak Om, dingin”
Iwan Fals : “Hehehe, sejak jadi pengantin Yose ini malu buka baju. Bulu dadanya rontok beruban.”

Pertunjukan malam itu bukan hanya pertunjukan panggung semata tetapi pertunjukan bersama. Goyang Mitsubishi dan Kokoro No Tomo berhasil membawa suasana satu dalam kebersamaan. Penonton tetap bertahan sampai pemberian pohon di penghujung acara.

Leuwinanggung, (20/11).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto