Sehabis Bekerja Kembali Bekerja

Kamis sore di Kafe Rambu ditemani segelas kopi pikiranku merangkum sebuah peristiwa yang tercipta dari kumpulan energi positif yang terlibat di dalamnya. Fenomena ini menjadi sebuah iklim berantai dari satu peristiwa ke peristiwa selanjutnya. Sehabis bekerja kembali bekerja adalah fakta dan dijalankan dengan penuh bahagia. Ikhlas, dengan niat sungguh-sungguh diawali dengan “Bismillah” dan usai segala urusan dengan “Alhamdulillah” terintegrasi menjadi energi yang memancarkan kebaikan untuk semua. Sebuah kalimat apa adanya perlu untuk diresapi menjadi kata-kata sakti, “Isin ku bapa, anu boga imah gawe neang duitna bener urang oge kudu bener,” kata Bi Iyam di dapur Iwan Fals. Kalimat tadi bahasa Sunda, maklum Bi Iyam asal Sukabumi Jawa Barat yang terjemahannya adalah “Malu oleh bapak (Iwan Fals), yang punya rumah kerja cari uangnya sungguh-sungguh kita juga harus sungguh-sungguh.”

Sebuah pergulatan wacana budaya Indonesia dan kepeduliannya terhadap pendidikan untuk generasi yang akan datang menjadi kontemplasi untuk dicarikan jawabannya. Mengapa "bule-bule luar negeri" meneliti budaya Indonesia? Lantas kita membiarkan dan tak peduli dengan budaya sendiri? Tidak, berbuat sekecil apapun yang kita bisa, sedikit namun berarti dari pada tidak sama sekali. Jika kemudian semakin membesar berarti semakin berarti.

Konser Situs Budaya diselenggarakan Tiga Rambu sebulan sekali, kini yang ketujuhkalinya dari tiga puluh empat yang Insya Allah akan digelar. Bukan sebuah angka yang sedikit dan kehadiran manajemen yang tangguh sangat diperlukan untuk melewati tahapan-tahapan dari nol sampai selesai. Mengatur secara detil dan terukur adalah pekerjaan yang tidak mudah. Manajemen asal-asalan mustahil menghasilkan sesuatu yang besar. Rosana Listanto sebagai penanggung jawab sangat apik merangkai pekerjaan dari Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC dalam ilmu manajemen). Inilah pengembangan dari kosakata Bi Iyam, tentang kerja sungguh-sungguh.

Seperti semboyan Jawa Timur, Jer Jer Basuki Mawa Béya artinya keberhasilan membutuhkan suatu pengorbanan. Di dalamnya ada Situs Trowulan, kawasan kepurbakalaan dari periode klasik sejarah Indonesia yang berada di Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Situs ini berhubungan dengan Kerajaan Majapahit. Situs Trowulan telah didaftarkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2009.

Konser dibuka oleh MC Maudy Koesnaedi yang mengaku bangga berada bersama dan kagum dengan keseruan sore itu. Kekaguman itu terpancar dari gelombang energi lautan penonton, energi orang-orang yang terlibat bekerja, dan energi positif Iwan Fals & Band. Karena berada pada frekuensi yang sama maka energi itu berbalik kepada Maudy Koesnaedi sebagai pecinta budaya untuk semakin semangat di kemudian hari melakukan pertunjukan-pertunjukan budaya.

Tujuh belas lagu dibawakan, dibuka dengan lagu Joget Blambangan, Rek Ayo Rek, Mimpi Yang Terbeli, Potret, Pesawat Tempurku, Serdadu, Teman Kawanku Punya Teman, Tak Kenal Maka Tak Sayang. Bintang tamu Syaharani naik panggung berkolaborasi dengan Iwan Fals & Band membawakan Untuk Yani, Esek-Esek Uduk-Uduk, Tanduk Majeng, dan Selalu Ada Cinta. Syaharani senang terlibat di sini karena berisi dan membawa misi.

Usai Penampilan bersama Syaharani, Iwan Fals & Band memainkan emosi penonton lewat lagu Gelisah dan selanjutnya berkolaborasi dengan musisi tradisi dari Jawa Timur membawakan Bongkar, Kuda Lumping, dan yang sangat emosional di lagu Cinta. “Orang bicara cinta atas nama Tuhannya sambil menyiksa membunuh berdasarkan keyakinan mereka. Doa-doa bergema mata menetes darah satu lagi korban jatuh tradisi lenyap dihisap marah” diikuti oleh koor penonton hingga hujan pun mengurungkan niatnya untuk turun.

Iwan Fals di atas panggung membacakan Sumpah Palapa, sumpah Gajah Mada menjadi Patih Amangkubumi Majapahit, tahun 1258 Saka (1336 M).

Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".

Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".



Leuwinanggung, (17/10).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto