IWAN FALS, HUT SCTV KE-27

Dua puluh tujuh tahun sudah SCTV hadir menemani pemirsa dengan program-program teristimewa. David Suwarto selaku Deputy Director Programming SCTV mengatakan bahwa selalu berusaha menyuguhkan program-program unggulan setiap hari sudah menjadi komitmen SCTV. Tantangannya adalah bagaimana program-program yang hadir merupakan konten hiburan positif yang dapat dinikmati seluruh kalangan sesuai dengan tagline SCTV : “Satu Untuk Semua”. “Puncak perayaan HUT SCTV ke-27 pada hari Kamis, 24 Agustus 2017 menjadi ajang persembahan SCTV untuk merayakan kebersamaan dengan pemirsa setia yang telah mengantarkan SCTV hingga tetap eksis selama 27 tahun,” ungkap David Suwarto.

Puncak perayaan HUT SCTV ke-27 berlangsung pada hari Kamis, 24 Agustus 2017 pukul 19.00 WIB disiarkan dari Hall D2 Jiexpo Kemayoran – Jakarta dengan persembahan variety show spektakuler yang menggabungkan ilusi visual dan interaktif dengan teknologi pertunjukan terkini.

Diiringi Erwin Gutawa & Erwin Gutawa Orchestra, Iwan Fals di lagu kesatu membawakan “Satu Satu.” Selanjutnya “Yang Tersendiri” dibawakan tidak sendirian. Raisa muncul menemani Iwan Fals menjadi satu tayangan yang sukses memancing emosi penonton. Kemudian “Pesawat Tempurku” menjadi lagu ketiga menutup penampilan Iwan Fals di panggung indoor.

“Kalau hanya senyum yang engkau berikan Westerling pun tersenyum” memancing penonton bereaksi sehingga ada energi di seluruh isi ruangan. Gemuruh memberikan kekuatan hati bagi yang merasakannya. Maka tak heran orang-orang hadir menjadi penyaksi dalam setiap penampilan musisi yang selalu memberikan energi.

Kotak mengiringi Iwan Fals di panggung outdoor. Dari intro, penonton sudah paham tentang lagu yang bakal dimainkan. “Bento” adalah protes kepada perilaku. Siapa yang diprotes bukanlah menunjuk pada seorang nama. Memahami Bento tidak cukup hanya lewat teks tetapi juga memahaminya harus lewat konteks. Dalam hal ini ilmu pengetahuan mengajarkan cara berfikir tekstual dan kontekstual. Keduanya tidak bisa dilepas karena terpaku kepada teks maka membiarkan otak tidak berputar, semua serba ditelan mentah-mentah. Terpaku kepada konteks dengan melupakan teks maka sama halnya membiarkan otak berputar kemana-mana, liar tanpa titik kendali. Maka sebaik-baiknya urusan itu ada di tengah yaitu memahami teks dan konteks.

Bento, sebuah tafsir sosial pada kenyataan bahwa sesungguhnya tampilan luar belum tentu sama dengan isi. Tampilan luar tidak sama dengan isi adalah perilaku menyimpang dan bisa menipu banyak orang. Penampilan menjadi alat legitimasi. Bagaimana dia hidup sehari-hari adalah bahasa kejujuran yang mewakilinya. Bahwa keseharian dalam menjalani kehidupan adalah perilaku sesungguhnya. Ini berlaku untuk seluruh kalangan, “Satu Untuk Semua” sesuai dengan tagline SCTV.

Leuwinanggung, (28/8).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto