Exclusive Concert Iwan Fals Goes to Batak

Datang duluan pulang belakangan. Inilah yang dilakukan Crew. Dia bekerja sebelum hingga setelah panggung digelar. Butuh keseriusan dan kesiapan hati, pikiran, dan tenaga. Mengapa hati, karena hati adalah “temanku niat temanku semangat.” Mengapa pikiran, karena butuh konsentrasi dan fokus ke pekerjaan. Mengapa tenaga, karena dibutuhkan untuk bongkar muat alat panggung yang tidak ringan. Seperti juga yang dilakukan Crew Iwan Fals & Band saat bertugas di Balai Sarbini Plaza Semanggi Jakarta. Balai Sarbini, sebuah tempat yang bagi penulis akrab di telinga sehingga ada rasa ingin tahu dengan nama gedung yang satu ini. Penulis mencari tahu siapa sebenarnya Sarbini. Dugaan awal adalah nama tokoh tapi entah tokoh apa dan siapa.

Proses pencarian dilakukan. Di depan pintu masuk gedung tertulis Letjen TNI (Purn) M. Sarbini. Ternyata Balai Sarbini diambil dari nama seorang jenderal purnawirawan yang dikenal sebagai Bapak Veteran Indonesia. Pada waktu berpangkat Letkol, dia memimpin pasukan Tentara Keamanan Rakyat dalam peristiwa Palagan Ambarawa.

Sabtu, 20 Mei 2017 di Balai Sarbini Plaza Semanggi Jakarta bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, Heart Production menyelenggarakan acara musik yang berjudul Exclusive Concert Iwan Fals Goes to Batak. Dalam konser ini, selain lagu-lagu Iwan Fals & Band, mereka juga menyajikan beberapa lagu-lagu Batak berikut instrumen tradisionalnya serta aransemen modern pop orchestra. Artistik konser didukung oleh penampilan tata suara, panggung, lampu, dan multimedia yang profesional.

Heart Production selaku pelaksana berharap acara Exclusive Concert Iwan Fals Goes to Batak yang menghadirkan Iwan Fals & Band, Lea Simanjuntak, Frans Sirait, Amigos, Gondang Batara Guru Junior, Style Voice, dan Kristifly Orchestra dapat menumbuhkembangkan karakter bangsa yang besar melalui suatu pagelaran musik yang berkarakter.

“Ini merupakan jembatan dalam memasarkan suatu budaya, memperkenalkan nilai-nilai budaya Indonesia yang tertuang dalam pagelaran musik, khususnya budaya Batak di Hari Kebangkitan Nasional,” ungkap Herty Sitorus promotor konser.

Musik menjadi bahasa pemersatu dan satu hal yang diminati oleh seluruh generasi baik generasi muda maupun tua. Tampak penonton yang hadir adalah mayoritas orang Batak. Ada yang datang sendiri. Ada yang datang berpasangan. Ada pula yang datang lengkap bersama keluarga. Seperti penonton perempuan Batak berusia 56 tahun yang nampak hadir sekeluarga. Sebut saja namanya Bunda SS.

“Bunda, nonton gara-gara Batak atau gara-gara Iwan Fals?”
Bunda SS : “Gara-gara dua-duanya” (sambil tertawa lepas)

“Tahukah lagu Iwan Fals?”
Bunda SS : “Ntar dulu mau dengar orang Batak nyanyi” (saat wawancara ini bertepatan dengan Amigos naik panggung)

Wawancara terputus sejenak, usai Amigos tampil wawancara diteruskan.
“Nonton bersama siapa saja?”
Bunda SS : “Saya mau nyenengin anak. Saya datang bersama anak, mantu, dan cucu”

“Ada kesan yang bisa disampaikan malam ini?”
Bunda SS : “Saya senang nonton ini. Dulu waktu pacaran saya sudah suka lagu Iwan Fals.”

Iwan Fals & Band yang dinanti penampilannya dengan gebrakan awal menghentak. “Bongkar” menjadi lagu pembuka. Malam itu seperti biasanya di atas panggung Iwan Fals tampil dengan energi luar biasa. Dua puluh satu lagu disuarakan Iwan Fals. “Ibu” menjadi lagu kesepuluh yang dinyanyikan dengan penuh penghayatan. Usai menyanyikan lagu “Ibu” Iwan Fals bercerita tentang Orang Batak.
“Dulu waktu kecil saya membayangkan orang batak itu keras, kasar. Kalo ngomong nendang ke dada. Dia lembut setelah mendengar lagu Sai Anju Ma Au,” kata Iwan Fals.

Tak kalah hebatnya penampilan bersama Amigos pada “Pesawat Tempurku” yang membuktikan suara Batak itu punya karakter di vokal. Amigos membuktikan kelebihan Batak, suaranya beda-beda dan bagus-bagus.

Lea Simanjuntak, penyanyi perempuan Batak yang membuktikan kehebatannya pada lagu “Alam Malam” bersama Iwan Fals. Totalitas Lea Simanjuntak semakin memperkokoh energi di atas panggung.

Frans Sirait, penyanyi Batak yang sangat menghayati lagu “Hutanku” tak bisa membendung emosi dengan mata berkaca-kaca. Frans Sirait masuk ke dalam atmosfir batin sehingga saat keluar menghasilkan kaya-kata yang bernyawa.

Merespon kehadiran penonton yang bertahan hingga acara selesai, lagu-lagu Batak dibawakan seperti Sai Anju Ma Au, Butet, Situmorang, Sinanggar Tulo. Dan penampilan malam itu ditutup dengan lagu “Kemesraan” sebagai tanda cinta. Cinta atau orang Batak menyebutnya “holong.”

Leuwinanggung, (26/5).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto