Majikan Sopir

Majikan naik mobil duduk di depan samping sopir. Atau duduk di belakang sopir. Dan biasanya demikian. Tapi apa jadinya jika sopir duduk di belakang. Majikan di depan menggantikan posisi sopir. Bukan mengada-ada tapi memang ada. Ini bukan karena sopir mendapat hukuman. Tetapi naluri majikan biasa nyetir. Sementara sopir berargumen menjalankan tugas sesuai tanggung jawabnya. Argumen ini ampuh untuk mematahkan keinginan majikan.

Majikan tetap majikan yang mesti dipatuhi. Sopir tak berdaya saat posisinya digantikan majikan sementara sopir tidak mungkin berganti menjadi majikan. Dan semakin tak berdaya ketika majikan punya argumen. “Saya kalo duduk nggak nyetir kena ke pinggang. Kalo di depan tiba-tiba ada jalan rusak saya malah kaget. Beda kalo nyetir hehehe,” ungkapnya.

Dan perhatikan kata-kata yang satu ini.“Mobil kamu bawa. Gaji kamu terima. Tol saya bayarin. Bensin saya bayarin. Bengkel saya bayarin. Mobil saya bayarin. Enak amat kamu jadi sopir, sini saya yang sopir,” ungkap majikan sambil tertawa.

Cerita ini berlanjut ketika penulis berangkat menemani ke stadion. Majikan naik mobil sambil nyetir. Sopir duduk di belakang. Jalanan yang macet tidak menghalangi niat untuk berangkat ke stadion. Penulis memahami maksud majikan. Sebagai warga Depok tentu ada kebanggaan jika Persikad Depok bisa berprestasi lebih baik. Sepanjang perjalanan ngobrol soal bola. Tiba di stadion jam 5 sore. Lumayan ada tersisa waktu sekita 45 menit babak kedua. Persikad vs Perserang bertanding bukan di stadion yang kami tuju. Untuk mengobati kekecewaan, majikan ngajak makan bakso. “Mau nonton bola eh stadionnya pindah, ya udah makan bakso aja, sama-sama bunder juga,” candanya.

Jumat (12/5) berangkat ke Bandung. Ini bukan soal bola tetapi urusan kerja. Musisi dan Crew disediakan 2 minibus. Iwan Fals di mobil. Tiba di Rest Area Km 39 Iwan Fals pindah posisi di belakang setir. Sekali lagi ini soal naluri. Naluri lepas kunci. Mobil melaju ke Bandung daerah Dago Pakar. Dengan nada canda Iwan Fals berkata : “Permisi, permisi sopir truk baru mau lewat.”

Tiba di Dago, Iwan Fals makan sate di dekat terminal. Iwan Fals hafal daerah Dago mulai Jalan Djuanda, Dago Pojok, Dago Atas sampai Dago Pakar. Bandung bagi Iwan Fals penuh kenangan. Tahun 1975 Iwan Fals sekolah di SMP 5 Bandung. Dan ternyata Mitsubishi hadir di Indonesia sejak 1975. “Tahun 1975 saya tinggal dan belajar musik di sini, dingin dan masih sepi. Banyak lagu-lagu saya ciptakan dari daerah sini,” kata Iwan Fals.

Iwan Fals & Band manggung di Intercontinental Dago Pakar Bandung, Sabtu malam (13/5). Bandung adalah kota ketiga setelah Jakarta dan Surabaya dalam rangka Pencapaian 1.000.000 Unit Colt Diesel Telah Menorehkan Rekor Penjualan. Malam perayaan ini diselenggarakan oleh PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors bekerja sama dengan PT. Srikandi Diamond Motors, PT. Wicaksana Berlian Motors, PT. Mahligai Putri Berlian, dan PT. Surya Putra Sarana khusus untuk para pelanggan setia Mitsubishi Fuso.

Kolaborasi Colt Diesel dan Iwan Fals adalah 46 tahun membangun negeri. Kolaborasi “Legend Meet Legend” di Bandung lewat karya untuk Indonesia. Iwan Fals membuka dengan memperkenalkan diri di hadapan tamu undangan. “Saya Iwan, sopir truk baru hehehe. Masa kecil saya di sini Dago Pakar.”

Lima belas lagu, hampir dua jam, kebersamaan Iwan Fals & Band menghibur tamu undangan. “Buku Ini Aku Pinjam” dikoreksi Iwan Fals dari atas panggung. Iwan Fals menulis lagu dengan lirik awal “Dia tahu Dia rasakan Cinta itu milik kita” tapi kemudian berkembang dimana-mana menjadi “Biar tahu Biar rasakan Cinta itu milik kita” padaha maksud kata “Dia” disini adalah Dia “Tuhan.”

“Di Bawah Tiang Bendera” dan “Pancasila” sangat menggambarkan kondisi saat ini. Potret keadaan saat ini tidak bisa dibiarkan hingga semakin memecah persaudaraan. Saudara sebangsa dan saudara setanah air, berlaku untuk lintas suku, agama, dan golongan. Artinya kita punya rasa cinta untuk Indonesia. Soal politik, soal hukum, dan persoalan sosial lainnya sudah tentu berdampak kepada kondisi bangsa tetapi bukan dijadikan pembenaran untuk berbuat kerusakan. “Di Bawah Tiang Bendera” dan “Pancasila” adalah potret Indonesia saat ini.

Selamat malam Bandung. Kota ini bagi Iwan Fals penuh kenangan. Tahun 1975 Iwan Fals sekolah di Bandung. Tahun 1975 Iwan Fals mengasah diri menulis lagu. Tahun 1975 Mitsubishi hadir di Indonesia. Dimanakah pembaca berada di tahun 1975?

Leuwinanggung, (15/5).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto