Tugas Adalah Kehormatan

Sikap nan tegap waspada dan wibawa
Prajurit Komando berjiwa satria
Bagi nusa bangsa dan negara
Pantang kan menyerah di medan laga
Di bawah dwi warna sang panji
Di atas persada negeri kami

Demi Tuhan kami ini berjanji
Rela binasa membela ibu pertiwi
Indonesia kami puja
Tanah air kami cinta
Baret merah jiwa hamba
Sudah janji kita semua
Lebih baik pulang nama
Dari pada gagal di medan laga

Hymne Komando, untuk kedua kalinya Iwan Fals membawakannya di depan prajurit Kopassus. Situ Lembang, sebuah kawasan di Bandung yang menyimpan memori bagi prajurit komando penuh kenangan, berat, dan berarti. Iwan Fals berada di tengah-tengah pasukan yang membawa misi dan tugas operasi rahasia. Memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan sehingga dia ditakuti lawan disegani kawan dicintai rakyat Indonesia. Kehadiran Iwan Fals di Bandung (17/4) pada acara “Syukuran HUT Ke-65 Kopassus” adalah memenuhi undangan Danjen Kopassus Mayjen TNI Madsuni usai acara “Jaga Bumi” bersama Jenderal Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Lapangan Heroik Group-1 Kopassus Serang, (30/10).

Situ Lembang, siapapun yang menginjak tempat ini hidupnya penuh isi penuh arti penuh bhakti pada Tuhan, tanah air, dan kemanusiaan. Kawasan tertutup dengan nuansa gunung dan pohon-pohon bertasbih di dalam diam menjadi saksi dan membisikan doa melalui desiran angin. Maka kemenangan hanya untuk orang-orang berani dan semangat yang kemudian berhak menyandang baret merah. Seperti kata-kata yang ada di perjalanan menuju Situ Lembang, “Ragu Ragu Kembali Sekarang Juga.”

Prajurit komando dapat mudah dikenali dengan baret merah yang disandangnya. Prajurit komando memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror. Kopassus punya keahlian khusus infiltrasi senyap. “Selama masih ada angin, Kopassus bisa masuk dan keluar tanpa terlihat,” tulis Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Datangnya kabar dari Kopassus seperti panggilan dari gunung, Iwan Fals membawakan empat lagu. “Pancasila Rumah Kita” “Tingalkan Ayah Tinggalkan Ibu” “Nyanyian Perang” “Hymne Kopassus” dibawakan penuh penghayatan. Lantas bergegas jalani tugas, persiapan menuju Munas Oi VI Tahun 2017 di Lampung.

Jumat pagi (21/4) Iwan Fals dan Ketua Umum BPP Oi Rosana Listanto tiba di Lampung. Iwan Fals adalah Pendiri Oi yang diminta kesediaannya memberikan kelas motivasi di Gedung LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan). Dengan rendah hati dia berucap : "Saya bukan ahli motivasi karena saya masih perlu diberi motivasi dan modifikasi hehehe."

Iwan Fals lalu bicara seputar pendidikan. Usai tanya jawab Iwan Fals menutup dengan "Doa” yang pernah ditulis terinspirasi dari situasi lingkungan Leuwinanggung keluar doa-doa dari musholla sekitar rumahnya.

Malam harinya Iwan Fals mengikuti Munas Oi. Persidangan Munas Oi di Lampung berjalan cukup alot. Badan Pekerja Munas Oi VI Tahun 2017 membuka Sidang Paripurna I dengan pembahasan Tata Tertib, Jadwal Persidangan, Pembentukan Komisi I (Bidang Perubahan AD-ART) dan Komisi II (Bidang Perumusan Rekomendasi dan GBPO), dan Pemilihan Pimpinan Sidang Tetap. Pukul 12 malam Pimpinan Sidang Paripurna I yang dalam hal ini Ketua Badan Pekerja sebagai Pimpinan Sidang Sementara menyerahkan tugas selanjutnya kepada Pimpinan Sidang Tetap. Bertepatan dengan malam pergantian hari, Ketua Badan Pekerja melakukan ketok palu, “tok tok tok.”

Dinamika forum terjadi selama 3 hari. Ini sebuah pendidikan dan menjadi pengalaman berarti. Singa podium bermunculan dan datang dari pulau yang berbeda mewarnai jalannya persidangan dengan menyampaikan rasionalisasi dengan berbagai karakter. Ada yang meledak-ledak, ada yang lembut, ada yang santai dan humor. Energi yang luar biasa ini adalah bentuk tanggung jawab kata-kata “Sopan Jati Diri Oi” sehingga Munas Oi bisa berjalan dengan baik.

Oi bersuara lantang tetapi bukan menantang. Oi bersuara lembut tetapi bukan pengecut. Oi bersuara sopan karena punya wawasan. Begitupun dengan situasi yang ada. Ada beberapa orang yang bertahan di ruang sidang walau tidur sekalipun karena menjaga prinsip “Lebih Baik Tidur Daripada Mundur.”

Oi adalah daya hidup. Oi datang dari mana-mana. Yang menjadi sama adalah cinta dan semangat membangun organisasi. Badan sehat jiwa kuat menghasilkan pikiran kuat hingga pada Minggu dini hari (23/4) persidangan Munas Oi menghasilkan Ketua Umum periode 2017-2021. “Yang utama adalah prosesnya” demikian gambaran yang mewakili peristiwa saat itu. Pemandangan umum peserta terhadap LPJ BPP Oi Periode 2013-2017 sudah bisa ditebak kemana arahnya kepemimpinan Oi selanjutnya. Namun Munas Oi Tahun 2017 menghendaki proses berjalan sesuai mekanisme dan menempuh tahapan-tahapan yang dirumuskan dan disepakati menjadi jadwal dan agenda persidangan. “Lanjutkan saja langkah kita” menjadi teman niat untuk menghasilkan keputusan dan ketetapan.

Dimana posisi Iwan Fals? Iwan Fals adalah Pendiri Oi yang hadir sebagai peninjau Munas Oi. Dia setia mengikuti persidangan. Jika konser dia menjadi tontonan banyak orang maka di Munas Oi Iwan Fals menjadi penonton yang bernaluri jurnalis, mencatat dan mengambil dokumentasi lewat telepon genggamnya. Iwan Fals mengajak semua untuk tetap bahagia. Dan pagi itu raut wajah Iwan Fals memancarkan kebahagiaan setelah Rosana Listanto didaulat kembali menjadi Ketua Umum BPP Oi. “Di Oi harus bahagia” ucap Iwan Fals.

Ini semua adalah tugas. Tugas adalah kehormatan. Maka untuk menjaga kehormatan dibutuhkan dukungan semua dan yang terpenting jangan pernah lelah berbuat baik dan jangan pernah bosan bekerja. Pimpinan Sidang Tetap berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dan membacakan hasil Munas Oi VI Tahun 2017 dengan membacakan hasil pemilihan Ketua Umum BPP Oi Rosana Listanto, Sekjen BPP Oi Ainu Rofik, Ketua Dewan Pertimbangan Oi Ainul Hidayat. Pimpinan Sidang Tetap selesai menjalankan tugasnya sambil memegang palu sidang, “tok tok tok.”

Usai penutupan persidangan, tidak kurang dari empat ratus orang yang terdiri dari peserta, peninjau, dan panitia bergerak ke lapangan. Mereka datang dari 14 BPW Oi (Badan Pengurus Wilayah) yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung, DI Yogyakarta, Bali, Sulut, Gorontalo. Ditambah 73 BPK Oi (Badan Pengurus Kota/Kabupaten) yaitu Bandar Lampung, Bandung, Banggai, Banjar, Bantul, Batam, Ciamis, Cianjur, Cilegon, Cirebon, Demak, Denpasar, Depok, Garut, Gorontalo, Gresik, Indragiri Hilir, Indramayu, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jember, Jepara, Jombang, Kab Bekasi, Kab Tangerang, Kab Bogor, Kab Sukabumi, Kab Tasik, Karawang, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Tangerang, Kota Tasik, Kubu Raya, Kuningan, Labuan Batu, Lamongan, Lampung Selatan, Limboto, Lumajang, Majalengka, Maros, Medan, Metro, Ogan Ilir, Palangkaraya, Palu, Pandeglang, Pekanbaru, Pemalang, Pontianak, Purbalingga, Purwakarta, Putussibau, Sekadau, Semarang, Serang, Singkawang, Sleman, Subang, Sumedang, Surabaya, Ternate, Tulang Bawang, Palembang, Oku Timur, Manado, Tulang Bawang Barat, Lampung Tengah, Buleleng. Di lapangan telah hadir para penyaksi yang setia menemani dan mengisi Munas Oi dengan berbagai kegiatan di Kampung Oi. Konser Iwan Fals & Band dibuka selepas Ashar dan dipadati tidak kurang dari sepuluh ribu penonton. “Terima kasih kalian tidak salah pilih. Dia teman hidup saya,” kata Iwan Fals.

Iwan Fals didaulat menjadi warga kehormatan Lampung, menghibur dengan 16 lagu pilihannya. Usai 3 hari bergulat dengan rasionalisasi kata-kata maka kehadiran Iwan Fals di konser menjadi penyemangat sekaligus kado terbaik untuk warga Lampung. Sore itu Iwan Fals menjalani tugasnya di atas panggung TrukKiTA. “Kita kalah dengan alam sebentar lagi maghrib. Masih sekitar 136 lagu sebenarnya kalau waktunya cukup, hehehe.”

Semua menjalani tugasnya masing-masing. Panitia punya tugas. Peserta punya tugas. Penonton punya tugas. Penulis pun punya tugas mengabarkan berita dengan jujur dan dapatkan kepastian peristiwa dengan hadir dan mencermati dengan penglihatan dan pendengaran sendiri, bukan katanya dan bukan berita yang bukan-bukan. Jalani tugas dengan baik, seperti Kopassus “Tugas adalah Kehormatan.”

Leuwinanggung, (27/4).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto