Kita Jaga Bumi Bumi Jaga Kita

“Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” adalah kalimat bijak tentang hak dan kewajiban manusia terhadap diri sendiri, sesama manusia, dan alam semesta. Jaga diri di tempat yang kita tinggali. Berlaku bagi siapapun. Adam dan Hawa saat tidak mampu nahan diri berakibat dikeluarkan dari surga. Maka kemudian bumi menjadi tempat kehidupan selanjutnya peradaban manusia berlangsung.

Ketika Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga, lantas bagaimana dengan selanjutnya jika manusia berbuat salah di bumi. Apakah manusia bakal terusir dari bumi? Ataukah bumi yang bakal bertindak kepada manusia dengan mengeluarkan peringatan berupa bencana?

“Jaga Bumi” adalah tindakan bukan untuk sewenang-wenang sehingga merusak bumi beserta isinya. Dijaga adalah dirawat karena hidup ini bukan untuk hari ini tapi untuk kelangsungan hidup generasi nanti. Manusia adalah makhluk pilihan di muka bumi. Tugas manusia adalah menjalankan tugas suci yakni “Jaga Bumi”.

Panglima Besar Jenderal Seodirman berkata : “Tak ada yang lebih kuat dari kelembutan, tak ada yang lebih lembut dari kekuatan yang tenang.” Akal sehat dan nurani merespon karena sepakat dengan tugas suci yang dijalankan yaitu “Jaga Bumi”. Strategi yang dipilih adalah membumikan wacana menjadi gerakan “Jaga Bumi”.

Peran Oi dan TNI sebagai anak bangsa yang cerdas lingkungan mengambil langkah taktis yaitu silaturahmi. Silaturahmi, sebuah kata yang terucap dan seperti mengandung kekuatan maha dahsyat. Silaturahmi mampu menciptakan frekuensi yang sama gelombang batin Oi dan TNI. Silaturahmi mampu menggerakan langkah kaki orang-orang untuk hadir menjadi penyaksi. Dan silaturahmi adalah kumpulan niat baik yang mengorganisir dirinya menjadi daya hidup.

Tour Silaturahmi BPP Oi merupakan rangkaian yang terintegrasi dalam silaturahmi, bersih lingkungan, tanam pohon, diskusi opsi (obrolan penting saat Ini), olah raga, donor darah, dan konser Iwan Fals & band yang berlangsung di lima titik diantaranya Kodiklatal Surabaya, Secata Rindam IX Udayana Singaraja Bali, Kodam IV Dipenogoro Semarang, Brigif 3 Marinir Piabung Lampung, Grup-1 Kopassus Serang.

Masing-masing titik memiliki cerita menarik dan berguna sebagai pengalaman. Mulai dari titik pertama di Surabaya. Jumat pagi, Iwan Fals masuk ke barak tentara bersama rombongan musisi, crew tiga rambu, dan Oi. Mentari pagi mengundang Iwan Fals untuk olah raga. Di atas rumput hijau samping barak Kodiklatal Surabaya Iwan Fals latihan tangan kosong. Tak henti sampai di situ, sore harinya diajak Sensei Ivan Yulivan latihan bersama ratusan karateka Taruna Akademi Angkatan Laut. Sabtu pagi, Iwan Fals mengikuti apel Oi dan Marinir sebelum berangkat ke lokasi bersih lingkungan dan tanam pohon. Antusias warga Desa Tambakrejo Waru Sidoarjo menyambut kedatangan Iwan Fals. Sampah di sungai melintasi pemukiman dibersihkan Oi, marinir, relawan, dan masyarakat desa yang tidak kurang 600 orang bekerja dengan bahagia. Hasilnya air mengalir dengan baik dan sungai bersih tanpa sampah. Sore harinya dilakukan penanaman 5000 pohon mangrove Oi dan TNI. Malam harinya para penghuni Kampung Oi mengikuti obrolan bersama Prof. Deden tentang kedaulatan pangan dan disambung silaturahmi Oi. Minggu pagi, Iwan Fals mengikuti senam pagi Oi dan TNI. Ditutup dengan Konser “Jaga Bumi” Iwan Fals & band memberikan spirit untuk para penjaga bumi tetap bahagia menjalankan kehidupan. Selamat malam Surabaya, salut dengan kerja tim.

Titik selanjutnya, Secata Rindam IX Udayana Singaraja Bali. Acara yang digelar dua hari menjadikan perjalanan ini menarik untuk menambah pengetahuan. Tidur di barak berdampingan dengan Kampung Oi etnik Bali. Lahan yang tidak terlalu luas memudahkan segalanya untuk jalan kaki dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Kelas Lapangan PB Jenderal Soedirman dengan nuansa kelas alam terbuka menjadi tempat yang pas untuk lingkaran obrolan. Sore itu Iwan Fals disambut dengan tari-tarian yang disuguhkan spontan oleh Oi dan TNI. Sebelumnya Iwan Fals berkunjung ke barak dan nongkrong di warung kopi. Iwan Fals memulai obrolan dengan para penjaga bumi di warung kopi sambil membuka silsilah keluarga yang mengaku dirinya mempunyai darah keturunan Singaraja. Yang mengejutkan Iwan Fals adalah hadirnya Abah Landoeng yang mengikuti rangkaian acara “Jaga Bumi”. Abah Landoeng adalah guru yang gemar bersepeda. Abah Landoeng adalah guru Iwan Fals saat SMP di Bandung yang melahirkan inspirasi lagu Oemar Bakri.

Di Pantai Penimbangan Singaraja, Iwan Fals melepas tukik. Kemudian nanam pohon dan bersih lingkungan. Malam kembali ke barak mengikuti obrolan bersama Prof. Deden dan Mayjen TNI Ngakan Gede Sugiarta tentang kedaulatan pangan dan bela negara. Malam semakin meninggi menuju pukul 00:00 pergantian waktu di tanggal 9 Oktober 2016. Genap berusia 56 tahun Rosana Listanto di atas truk panggung yang belum usai ditata, dikejutkan dengan ucapan selamat. Spontan dan sederhana tapi sarat makna karena doa mengalir di saat kerja “Jaga Bumi”.

“Bangkit-bangkit ayolah bangkit yang terpuruk di selokan peradaban. Rosana Rosana nama yang sederhana Rosana Rosana yang berarti anggun berwibawa. Aku jatuh cinta padanya setiap saat,” petikan lagu Iwan Fals menjadi kado di atas panggung. Lagu ini lagu yang ketiga kalinya dibawakan yaitu pada saat Jamnas Oi di Sidomba Kuningan, 17 tahun Oi, dan “Jaga Bumi” Bali 2016 menjadi kado spesial dinyanyikan di atas panggung. Kemudian Iwan Fals mempersembahkan “Kembang Pete” khusus untuk istrinya mengiringi perjalanan pulang ke Jakarta.

Bergerak selanjutnya di Makodam IV Diponegoro Semarang. Sambutan yang hangat dari Pangdam IV Diponegoro semakin mempertemukan niat baik pada satu frekuensi yang sama. Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi mengajak Iwan Fals ke Tugu Muda Semarang dalam rangka peringatan pertempuran lima hari Semarang. Esok pagi, Oi dan TNI menanam 5000 mangrove di Pantai Maron. Turut serta dalam kegiatan itu adalah Ibu Nurhayati dan seorang mahasiswi asal Perancis,relawan pecinta lingkungan. “Mangrove berarti untuk mengurangi abrasi dan rob, buahnya bisa diolah untuk makanan limbahnya bisa diolah untuk pewarna batik. Untuk Pak Iwan Fals kita juga senang karena Pak Iwan Fals senang lingkungan,” ungkap Ibu Nurhayati.

Malam di Balai Diponegoro Makodam IV Diponegoro berlangsung Opsi (Obrolan penting saat ini) yang mengkupas persoalan kedaulatan pangan dan bela negara. Isi ruang gedung riuh bergemuruh tatkala Iwan Fals didampingi Rosana Listanto berjalan memasuki gedung. “Oi” menjadi kata sambutan 350 peserta yang disuarakan berulang-ulang dan penuh semangat. Ghirah itu mengalir pada darah para penjaga bumi.

Minggu pagi lapangan konser sudah dipadati 1000 orang TNI berseragam olah raga. Iwan Fals dengan kaos oblong hitam mengikuti olah raga pagi. Nampak crew tiga rambu pun ikut larut menambah suasana menjadi lebih ceria. Yang berkesan adalah yel-yel tentara. Iwan Fals mengikuti gerakan dan teriakan tentara. Mereka masing-masing menunjukan kekuatan, kecepatan, dan kekompakan. Iwan Fals berada di kerumunan prajurit. Sekilas seperti Fidel Castro di Lapangan Diponegoro.

Lampung menjadi titik selanjutnya. Rombongan Iwan Fals dan crew tiga rambu melakukan konvoi dari Leuwinanggung. Perjalanan darat dan laut dilintasi dengan ceria. Komandan Brigif 3 Marinir Piabung Lampung Kolonel Marinir Hermanto menyambut hangat pada Jumat pagi di RM Begadang. Iwan Fals berpindah kendaraan dari Bis Kita ke Jeep Marinir. Warga lampung menyapa Iwan Fals yang duduk di kursi depan dan sesekali berdiri sambil melambaikan tangan. Warga sepanjang jalan dikabari bahwa Iwan Fals bakal tampil di panggung pinggir laut Piabung milik marinir.

Antusias warga Lampung terhadap kedatangan Iwan Fals luar biasa. Lokasi yang jauh tidak menjadi halangan untuk datang. Para penjaga bumi mendiami Kampung Oi Lampung yang berada di pinggir pantai nampak ceria mengikuti rangkaian kegiatan bersama Oi dan TNI. “Jaga Bumi” membawa berkah bagi penjual nasi dan kopi. “Alhamdulillah, jadi banyak yang beli di warung. Pak Iwan Fals banyak yah orangnya,” kata seorang ibu yang mengenal lagu Iwan Fals sejak SD.

“Jangan takut tempat sepi karena tempat sepi ladang kreatifitas,” kata Iwan Fals. Rangkaian kegiatan “Jaga Bumi” diikuti Iwan Fals secara utuh. Lokasi yang biasanya sepi mendadak ramai. Iwan Fals kagum dengan disiplin dan gerak cepat tentara. Apel pagi pembukaan kegiatan diikuti Oi dan TNI mengawali langkah menuju lokasi bersih lingkungan, nanam mangrove, diskusi opsi, olah raga “army style”, donor darah, dan konser Iwan Fals & band.

Kolonel Marinir Hermanto dalam dua hari bisa membentuk mental dan karakter. Meski terkesan galak saat pelatihan tetapi semua bersahabat. Dalam Opsi (Obrolan penting saat ini) beliau memperkenalkan ilmu bela negara dan memaparkan secara lugas. Pada akhirnya sang moderator menyimpulkan bahwa Oi bertambah kuat dengan TNI tapi bukan untuk gagah-gagahan karena Jenderal Soedirman mengajarkan hidup membumi. Maka “Jaga Bumi” semakin mantap diusung, semakin dalam untuk dikaji, dan semakin yakin untuk aplikasi.

Disinilah filosofi tugas belajar, jalani tugas dan terus belajar. Kopassus menjadi titik kelima. Tepatnya Grup-1 Kopassus Serang. Dangrup-1 Kopassus Serang Kolonel Inf Enoh Solehudin punya “sence of humor” sehingga suasana cair dan cepat medapat titik temu. Ada informasi Danjen Kopassus Mayjen Madsuni turun gunung karena Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan hadir di acara nanti. Stadion Heroik digunakan menjadi tempat konser Iwan Fals & band.

Sabtu siang di Serang, Oi dan TNI di Grup-1 Kopassus bergerak menanam 7000 mangrove di Karangantu. Sepanjang perjalanan Iwan Fals menyapa warga Banten. Iwan Fals, Oi, TNI kembali menuju Grup-1 Kopassus Serang untuk mengikuti Opsi (Obrolan penting saat ini) yang diikuti seribu orang dengan menghadirkan pembicara Danrem 064 Maulana Yusuf Kolonel Wirana Prasetya. Pancasila sebagai “center of gravity” atau pusat kekuatan bangsa Indonesia dipaparkan. Prof. Deden bicara kedaulatan pangan dan mengajak kepada masyarakat Banten untuk gemar bercocok tanam dan menciptakan inovasi yang membanggakan dari hasil bumi Banten.

“Partai di Indonesia multi partai pernah. Tiga partai pernah. Kalo dua partai sudah ada di Amerika. Kenapa tidak partai itu lima seperti pancasila. Ada partai ketuhanan, partai kemanusiaan, partai persatuan, partai kerakyatan, partai keadilan. Jadi lengkap mewakili pancasila,” Iwan Fals menanggapi.

Peserta diskusi kembali ke barak dan Kampung Oi mempersiapkan diri untuk agenda besok pagi yaitu olah raga, donor darah, hingga kemeriahan di sore hari bersama Iwan Fals & band.

Minggu sore (30/10), nampak erat hubungan tentara dengan rakyat. Sebelum konser digelar diawali ramah tamah dan makan nasi bungkus bersama yang dipimpin langsung Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Empat belas ribu massa dari Oi, TNI, dan masyarakat umum duduk berbaris. Mereka makan bersama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Iwan Fals, dan sejumlah tokoh masyarakat Banten.

Turut hadir pada acara KASAD Jenderal TNI Mulyono, KASAL Laksamana TNI Ade Sopandi, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Hadiyan Sumintaatmadja, Pangkostrad Letjen TNI Edy R, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI M. Herindra, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi, Danjen Kopassus Brigjen TNI Madsuni, Danrem 064/MY Kolonel Inf Wirana Prasetya Budi, SE, Dangrup I Kopassus Kolonel Inf Enoh Solehudin, Kapolda Banten Kombes Pol Listyo Sigit P, dan Ketua DPRD Prov Banten Asep Rahmatullah.

Bahwa rakyat adalah ibu kandung TNI, TNI berasal dari rakyat dibagun & dibesarkan oleh rakyat, selanjutnya berjuang untuk kepentingan rakyat. Harmonisasi ini dilambangkan dengan lagu “Buku Ini Aku Pinjam” yang dinyanyikan Iwan Fals bersama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, KASAD Jenderal TNI Mulyono, dan KASAL Laksamana TNI Ade Supandi.

"Biar tahu, biar rasa, tak beda jenderal dan prada," ucap tiga jenderal di lirik awal lagu itu. Kemudian terkait kondisi terkini bangsa Indonesia jelang Pilkada Serentak 2017 disampaikan pernyataan TNI yang selalu memegang teguh amanat Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. TNI meneguhkan jati diri sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional, dan tentara profesional. TNI menempatkan diri sebagai perekat kemajemukan dan menjaga persatuan Indonesia. TNI tidak boleh tersekat-sekat dalam kotak suku, agama, dan golongan. TNI adalah satu, yakni tentara nasional yang bisa berdiri tegak di atas semua golongan, mengatasi kepentingan pribadi dan kelompok, yang mempersatukan ras, suku, dan agama dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. TNI terus menjaga ke-bhinnekatunggalika-an. Karena hanya dengan itu, Indonesia bisa menjadi bangsa majemuk, yang kuat, dan solid. TNI harus berada dalam garda terdepan dalam mengelola dan menjaga Bhinneka Tunggal Ika. TNI tidak akan mentolerir gerakan-gerakan yang ingin memecah belah bangsa, mengadu domba bangsa dengan provokasi dan politisasi SARA. TNI akan menjadi garda terdepan untuk menghadapi setiap kekuatan yang ingin mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Anak-anakku prajurit TNI di mana pun bertugas, tegakkan kesatuan komando dan jangan ragu bertindak untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI. Para Panglima dan komandan, titip prajuritmu. Mereka adalah anak-anakku. Pimpin mereka dengan segenap hati dan pikiranmu.

“Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT membimbing, melindungi dan memberi mukjizat setiap langkah pengabdian terbaik kita untuk NKRI yang sangat kita cintai. Selamat bertugas dan berjuang. Komando!” ucap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Selanjutnya panggung milik Iwan Fals & band. Iwan Fals tampil prima membawakan 20 lagu. Saat Iwan Fals membawakan Hymne Kopassus suasana menjadi heroik. Heroik karena mampu menembus ke dalam jiwa para prajurit komando baret merah.

Lima titik sudah dilewati dengan selamat. Setiap tempat punya kisah. Ini perjalanan yang sangat berarti. Dalam pidato sambutannya, Ketua Umum BPP Oi Rosana Listanto mengatakan : “Menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi kami bisa hadir di sini bersilaturahmi dengan Kopassus yang dikenal sebagai salah satu pasukan khusus terbaik dunia. Semoga ini berarti bagi Oi, bagi TNI, bagi Indonesia, dan bagi peradaban dunia. Kita Jaga Bumi Bumi Jaga Kita !”


Leuwinanggung, (1/11).

Penulis : Syaiful Ramadlan
Fotografer : Evelyn Pritt
Editor : Rosana Listanto