“Sampai Ketemu di Karya”

Di balik lelaki sukses ada perempuan hebat. Ada perempuan yang mendampingi serta mendorongnya menjadi maju. Pada situasi sulit penuh tekanan maka perempuan menjadi penyemangat. Dia menjadi obat di saat jatuh. Perempuan adalah teman niat teman semangat. Seperti Inggit Garnasih, perempuan sederhana yang dengan keterbatasannya rela bekerja keras demi membelikan buku-buku suami dengan berjalan 20 km dari rumah ke penjara tempat Soekarno ditahan. Begitupun Rosana Listanto yang setia menemani Iwan Fals. Keduanya berikrar atas pilihannya untuk tetap sebagai penyanyi karena musik adalah jalan hidup.

“Orangnya sangat santai tapi cukup teliti. kadang-kadang yang menurut saya dia nggak perhatiin padahal dia perhatiin. Dan itu buat banyak hal bukan buat keluarga aja jadi ya pasti buat saya sangat spesial. Itu karena saya berada sampai hari ini bersama Mas Iwan dan pasti juga menjadi satu harapan saya pribadi untuk selalu bersama sampai akhir hayat. Amin,” kata Rosana Listanto.

Iwan Fals dan isteri adalah pasangan virgo dan libra yang jatuh cinta kemudian tumbuh berkembang saling merawatnya. “Aku sering ditikam cinta pernah dilemparkan badai tapi aku tetap berdiri,” potongan bait Nyanyian Jiwa menggugah 55 ribu orang yang hadir di malam 55 tahun Iwan Fals di Pantai Karnaval Ancol Jakarta, (3/9).

Perayaan Karya Iwan Fals sejatinya penyemangat untuk semua agar menghasilkan karya karena potensi untuk itu ada pada setiap orang. Tak pernah bosan Iwan Fals berkata tentang karya. “Hidup memang sementara tapi karya selamanya.” Dan kalimat maut yang keluar dari mulut Iwan Fals selalu hadir dalam ingatan. “Sampai Ketemu di Karya,” ujarnya singkat.

Karya Iwan Fals selalu punya cerita dan memiliki kesan tersendiri bagi setiap orang. Iwan Fals mencoba melihat persoalan dari sudut pandang yang jarang dilihat orang. “Saya nggak berani kasih pesan, siapalah saya. Tapi lagu itu bercerita sendiri. Saya nggak punya disiplin untuk menasehati orang, biarin lagu yang beri pesan sendiri,” ungkap Iwan Fals.

Tentang kebaikan untuk diri sendiri, sesama teman, dan alam semesta adalah tentang pelaksanaan kata-kata. Malam itu Iwan Fals sempat diam tak bisa bicara dengan lautan manusia yang hadir di Ancol. “Apa kata lain selain terima kasih untuk mengucapkan terima kasih? Karena kalian udah ikut merayakan hari yang berbahagia ini. Terima kasih banyak udah datang ke sini,” ujar Iwan Fals.

Iwan Fals & Band tampil total dan memberikan suguhan yang terbaik selama 2,5 jam. Totok Tewel, Edi Daromi, Sonata, Ardy, Balung, dan Iqbal tidak menyia-nyiakan penampilannya sebagai musisi jempolan. Iwan Fals membawakan 20 lagu dengan lagu pembuka Aku Bukan Pilihan. Andien menemani Iwan Fals membawakan Serenade dan Terminal. Usai Andien turun, Iwan Fals menyanyikan Ibu, Raya, Belum Ada Judul. Kemudian Rossa naik ke atas panggung dengan Yakinlah dan Katanya. Rossa tak bisa membendung rasa harunya. “Haduh, pengen nangis saya,” kata Rossa.

Viky Sianipar memberikan sentuhan etnik di Pohon Untuk Kehidupan dan Surat Buat Wakil Rakyat. Ada yang berbeda dengan Manusia ½ Dewa ketika layar panggung dipertontonkan seni lukis pasir dari India. Iwan Fals bernyanyi bersama penyanyi Yasiin Bey dan Simphiwe Dana. Ide ini berawal karena lirik Manusia ½ Dewa menyentuh rasa Adam Kidron CEO Yonder Music. Dari sekian banyak lagu Iwan Fals yang dia dengar entah mengapa lagu ini yang melekat padanya. Lagu ini dia translate dan ternyata kata-katanya sangat terasa dan penting untuk disuarakan. Adam Kidron menganggap ini berarti untuk persoalan dunia bukan hanya Indonesia. Para pemimpin dunia mesti mendengar pesan ini. Lirik tentang kejujuran dan persoalan hidup yang diiringi beat sederhana selaras dengan budaya hiphop dan musik rap dengan teknik vokalnya berkata-kata cepat seperti orang ngomel, ngomel kepada situasi.

Simphiwe Dana penyanyi terkenal di Afrika Selatan yang menyuarakan persoalan masyarakat. Yasiin Bey lahir di New York City Amerika dengan nama Mos Def memilih pindah ke Afrika Selatan untuk mendalami agama, lagu-lagunya yang mengangkat persoalan masyarakat. Kemudian Iwan Fals. Karena ketiga orang ini memiliki frekuensi yang sama maka Adam Kidron bersemangat menyatukan suara Afrika, suara Amerika, dan suara Indonesia ke dalam Manusia ½ Dewa.

“Mereka berdua tinggal di Afrika Selatan. Simphiwe di Johanesburg dan Yasiin di Cape Town. Karena jadwal mereka padat jadi diputuskan rekaman di Cape Town. Aku berangkat ke sana untuk mengikuti proses pembuatan rekaman. Aku kesana supaya mereka bisa mengenal lebih jauh sosok papah itu aslinya seperti apa karena nggak mungkin hanya dengan internet,” kata Cikal.

Manusia ½ Dewa mewakili kerinduan hadirnya sosok pemimpin kemanusiaan. Konteksnya bukan hanya Indonesia tetapi peradaban. Iwan Fals menambahkan lirik baru di akhir lagu, doa dan harapan yang baik untuk dunia.

Translate lirik Simphiwe Dana berbunyi :
Kita bersujud dan berdoa setiap hari
Mereka tidak mendengarkan
Telinga mereka penuh udara
Sehingga akhirnya kita menjadi pahlawan sendiri
Buka jalannya
Kita terus melangkah maju, kita terus melangkah maju, kita terus melangkah maju, kita terus melangkah maju


Translate lirik Yasiin Bey berbunyi:
Dengan menyebut nama Allah
Aku melihat matahari terbit
Pistol-pistol mengarah ke sini dari dalam tembok istana
Aksesoris untuk kekuatan
Baju perang baru untuk sang emperor
Jijik
Dibuat dengan tangan di pabrik penuh dengan orang miskin
Politik seperti biasa
Terlalu aneh
Status quo, aku ga bisa mengikuti itu semua
Doa hening, perang tangisan
Angin membawa itu semua melalui lembah menuju sisi gunung
Kita sudah kehabisan waktu untuk bermain-main
Terlalu banyak pembunuhan, terlalu banyak nama
Kita butuh hari yang lebih terang bukan sekarang saja, tapi harus saat ini
Dunia yang gelap ini tidak akan menutupkan cahaya yang sudah ada
Gaya liar ke-99
Hidup sesungguhnya, bukan hanya gaya hidup
Hembusan angin cerah yang merobohkan rumah Babylon
Buat mereka yang tidak mengerti gambar itu, itu semua sudah di tertulis di dalam kitab
Semua horor yang kau hiraukan akan akhirnya mengunjungi
Ketuk, ketuk
Kau harus memahami
Kau tau siapa ini
Yassin dan Iwan
Baik?
Dapatkanlah kebebasan
Terus tenang dan terus berjalan


Malam semakin meninggi mengiringi penampilan Iwan Fals semakin menjadi. Nyanyian Jiwa, Bongkar, Bento memacu adrenalin karena selain musiknya penuh hentakan juga syairnya sangar. Penuh gairah dan membangkitkan semangat hingga klimaksnya Hio menjadi lagu pamungkas.

Usai konser di Ancol, Iwan Fals mengikuti kegiatan donor darah di Pendopo Oi, Minggu (4/9). Sambil berucap Alhamdulillah dan senyum bahagia Iwan Fals dinyatakan sehat dan layak untuk mengikuti donor darah. Usai donor darah Iwan Fals bergegas mengikuti pengajian karena hari itu bertepatan dengan pengajian bulanan di Pendopo Tiga Rambu.

55 tahun Iwan Fals merayakannya dengan rasa syukur dan membumi. Bukan dengan foya-foya tak berguna tetapi menjaga silaturahmi dan menebarkan nilai kebaikan. 55 tahun Iwan Fals mengingatkan kepada Surat ke-55 Alquran (Surat Ar-Rahman) yang ayatnya berbunyi Fabiayyiaalaa irabbikumaa tukadzdzibaan (maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan). Seraya berdoa bersama ratusan janda tua di Pendopo Tiga Rambu agar segala karunia yang diberikan Tuhan dapat bermanfaat untuk diri sendiri, sesama teman, dan alam semesta.


Leuwinanggung, (9/9).

Penulis : Syaiful Ramadlan
Fotografer : Evelyn Pritt
Editor : Rosana Listanto